MATA UANG (CURRENCY)

 






Pada zaman dulu karena Adanya kebutuhan akan bahan pokok seperti makanan dan peralatan hidup mendorong setiap orang di wilayah Nusantara untuk melakukan kegiatan ekonomi. Awalnya dilakukan dengan cara barter. Dalam perkembangan selanjutnya, telah terjadi kontak dagang dengan Cina, India, dan Arab, dikenal mata uang sebagai alat pembayaran. Berdasarkan data sejarah diketahui bahwa pada masa indonesia Hindu, Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Kediri telah mencetak mata uang sendiri dari tembaga, perak, dan emas sebagai alat pembayaran. 

Sedangkan pada masa Indonesia Islam, Kerajaan Samudera Pasai telah mencetak uang dirhamn dan dinar sebagai alat pembayaran yang sah. Di daerah Nusa Tenggara Barat, diperkirakan sebelum abad XV telah mempergunakan mata uang Cina (kepeng bolong) sebagai alat pembayaran dalam lalu lintas perdagangan. Mata uang semakin ramai dipergunakan dalam perniagaan sejak datangnya Bangsa Portugis ke Indonesia abad XVI dan Bangsa Belanda pada akhir abad XVI. Koleksi mata uang yang dipamerkan inl, selain berfungsi sebagai bukti adanya alat pembayaran dalam kegiatan jual beli, juga sebagai bahan kajian untuk memahami budaya, sistem pemerintahan, dan sistem perekonomian pada masa lampau.

 

(English Version)


In ancient times, the need for basic necessities such as food and living equipment encouraged everyone in the archipelago to carry out economic activities. Initially, this was done by bartering. In later developments, there have been trade contacts with China, India, and Arabia, known currency as a means of payment. Based on historical data, it is known that during the Hindu Indonesia period, Majapahit Kingdom and Kediri Kingdom had printed their own currency from copper, silver and gold as a means of payment.

 Meanwhile, during Islamic Indonesia, the Kingdom of Samudera Pasai had printed dirhamn and dinar as legal tender. In the West Nusa Tenggara region, it is estimated that before the XV century, Chinese currency (kepeng bolong) had been used as a means of payment in trade traffic. Currency was increasingly used in commerce since the arrival of the Portuguese to Indonesia in the 16th century and the Dutch at the end of the 16th century. The collection of currencies on display not only serves as evidence of the existence of a means of payment in buying and selling activities, but also as a study material to understand the culture, government system, and economic system in the past.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGANTIN SASAK (SASAK BRIDE)

BUAYA MUARA (SALTWATER CROCODILE)

SENI TOPENG (MASK ART)